Sunrays

Blogger Template by ThemeLib.com

Powered By Blogger

MEMAMPATKAN CAHAYA BAGI MATA

Published by ABAD ANTARIKSA under on 19.14

Jasa kedua teleskop adalah mengumpulkan cahaya. Garis tengah pupil mata tidak pernah lebih besar dari tiga perempat sentimeter, dan semua cahaya harus melewati lubang kecil itu. Lensa obyektif suatu teleskop merupakan padanan pupil mata. Yang berbeda adalah ukurannya. Karena lebih besar, lensa mengumpulkan lebih banyak cahaya, dan cahaya ini kemudian dimampatkan dalam berkas sinar yang cukup kecil hingga dapat memasuki pupil. Dengan demikian mata dapat menerima lebih banyak cahaya yang dipancarkan sumber. Ini menyebabkan benda yang dilihat menjadi tampak lebih terang. Lensa selebar lima meter pada teleskop Mount Palomar di Kalifornia, salah satu teleskop paling besar, memusatkan 360.000 kali lebih banyak daripada yang dilihat mata. Bila lensa itu diarahkan ke matahari dan digunakan sebagai suryakanta (hal yang kiranya tidak akan dilakukan), sebuah batu bata akan dapat dilelehkan sehingga berlubang cukup besar.

Berapa pun besarnya dan betapa pun perancangannya, teleskop baru merupakan awal teknologi astronomi. Yang tidak kalah pentingnya adalah fotografi, karena fotografi mampu memperbaiki peri kerja mata dengan berbagai cara lain. Bila film fotografi diletakkan pada titik pumpun sebuah teleskop, seluruh teleskop akan berlaku sebagai sebuah kamera, dan film tadi akan membuat rekaman permanen yang dapat ditelaah dengan santai dan dapat diamati kelak.

Yang masih penting lagi ialah bahwa santir pada film itu tak terbentuk dalam sekejap seperti santir pada mata. Santir tersebut terbentuk sedikit demi sedikit semakin jelas seperti gambar pensil yang makin hitam bila pensilnya digoreskan berulang-ulang. Suatu kamera teleskop dapat mengikuti gerak benda samara-samar yang sama selama semalam – atau bahkan beberapa malam – sementara cahayanya yang lemah membentuk gambar semakin jelas pada film. Lengan spiral galaksi tumbuh, jam demi jam, sehingga menjulur jauh ke ruang antar galaksi. Dengan waktu pemotretan yang sangat lama telah dibuat gambar langit yang bukan main mengagumkannya.

Kalau melihat obyek astronomi melalui teleskop atau memotretnya, kita hanya memanfaatkan sebagian kecil saja informasi yang terkandung dalam cahaya, yaitu arahnya dan intensitas nisbinya, yang bersama-sama membentuk santir obyek tadi pada retina mata atau pada film kamera. Tetapi bila cahaya dipecah menjadi berbagai panjang gelombang yang biasanya membentuk cahaya itu, informasi lain akan dapat digali. Untuk memungkinkan analisis ini, cahaya harus dipelajari dengan prisma atau kisi-kisi halus sejajar dalam alat yang disebut spekroskop. Dengan alat ini orang telah memperoleh bagian penting pengetahuaannya tentang alam semesta.

0 komentar:

Posting Komentar