Sunrays

Blogger Template by ThemeLib.com

Powered By Blogger

LAUTAN AIR SODA

Published by ABAD ANTARIKSA under on 21.28

Venus : Part - 2

Pemecahan besar dalam kasus planet berselimut awan tersebut terjadi pada tahun 1932, ketika spektroskopi memberikan petunjuk adanya sejumlah besar karbon dioksida dalam atmosfernya. Beberapa hipotesis yang lebih baik dikemukakan berdasarkan petunjuk tunggal ini, termasuk konsep yang menarik bahwa planet tersebut diliputi air soda, atau barangkali minyak. Namun tidak ada informasi yang meyakinkan tentang permukaan tersembunyi itu sebelum teknik baru astronomi radio memperoleh cara pengukuran suhu di bawah awan.

Suhu selimut awan itu sendiri telah diukur dengan dua cara yang berlainan, Venus lebih dekat dengan matahari bila dibandingkan dengan bumi dan radiasi matahari yang diterimanya dua kali lebih banyak, tetapi awannya demikian cemerlang sehingga memantulkan 70 persen cahaya matahari ke antariksa. Dengan berpegang pada fakta itu dan dengan menganggap bahwa cahaya matahari yang tidak dipantulkan diserap awan, dan hasilnya ialah -40O C. Pengukuran langsung dengan cahaya inframerah menunjukkan bahwa suhu awan itu memang sangat dekat dengan suhu teoritis. Bila ada kandungan air pada suhu tersebut, tentulah berbentuk hablur es.

Kedua taksiran tentang suhu awan itu cocok satu sama lain, tetapi tidak memberi petunjuk tentang keadaan di bawah awan. Pada tahun 1956 para ahli astronomi radio mendeteksi gelombang mikro tiga sentimeter yang datang dari Venus. Hanya sedikit saja zat yang menyerap gelombang ini. Maka gelombang tersebut mungkin dapat menembus atmosfer maupun awannya. Gelombang tiga sentimeter ini tampaknya berasal dari permukaan permukaan yang tersembunyi itu. Karena intensitas radiasi dapat memberitahukan suhu sumbernya, maka perhitungan segera menunjukkan bahwa permukaan Venus, sebagaimana ditunjukkan oleh gelombang mikro tadi, paling sedikit memiliki suhu 315OC. Pengamatan lebih lanjut bahkan menunjukkan adanya suhu yang lebih tinggi. Di beberapa tempat, permukaan Venus tentulah cukup panas hingga memijar.

Inilah gambaran yang mengejutkan: sebuah planet merah membara terbungkus oleh awan es! Para detekif Venus menghela nafas panjang dan mulai berpikir bahwa planet itu mempunyai atmosfer yang tebal, sedangkan lapisan bawahnya sangat panas dan berada di atas permukaan yang membara. Beberapa ilmuwan mempunyai gagasan lain. Mereka berspekulasi bahwa gelombang mikro itu mungkin tidak berasal dari permukaan, melainkan dari ionosfer Venus, beberapa kilometer di atas selubung awan. Pada ketinggian itu cahaya ultraviolet matahari serta partikel berenergi tinggi melepaskan elektron dari atom-atom gas dan membentuk partikel bermuatan yang disebut ion. Gas semacam ini dikatakan terionisasi, dan memancarkan gelombang mikro bila pertikelnya yang bermuatan listrik itu tarik-menarik atau tolak-menolak. Kalau dapat ditunjukkan bahwa ionosfer Venus mengandung ion seribu kali lebih banyak bila dibandingkan dengan ionosfer bumi, maka pemancaran gelombang mikro tiga sentimeter atau lebih berasal dari situ, dan bukan dari permukaan planet panas yang berada jauh di bawahnya.

Jika demikian, permukaan merah membara tadi barangkali hanya ilusi saja. Perhitungan lebih lanjut atas suhu Venus dapat dilakukan dengan menelaah gelombang mikro yang jauh lebih pendek, yaitu radiasi yang panjang gelombang sekian persepuluh sentimeter yang juga berasal dari Venus. Penghitungan ini dilakukan berdasarkan anggapan bahwa pancaran tadi berasal dari atmosfer bawah dan dapat menembus ionosfer. Suhu bagian bawah atmosfer yang dideduksikan dengan cara itu adalah sekitar 77OC, dan suhu permukaan yang sesungguhnya menurut dugaan juga setinggi itu. Menurut ukuran bumi, suhu itu sungguh tidak nyaman, tetapi bukannya tidak tertahankan sama sekali oleh jenis kehidupan yang berevolusi di bumi. Beberapa bagian Venus, terutama kutubnya, mungkin jauh lebih dingin dan dapat dihuni oleh jenis kehidupan seperti yang terdapat di bumi.

Tentu angan-angan manusia lebih cenderung kepada konsep “dingin“ mengenai planet itu. Generasi demi generasi orang berkhayal bahwa di bawah awannya yang cemerlang iklim Venus cocok bagi berbagai tumbuhan dan binatang. Hanya sedikit saja ahli astronomi yang mau beranggapan bahwa planet tetangga terdekat bumi ini sedemikian panas permukaannya hingga semua kehidupan disana binasa bagaikan daging yang hangus terpanggang dalam penggorengan.

Pada tahun 1962 pesawat antariksa Amerika Serikat Mariner II melakukan perjalanan 109 hari ke Venus dan mengamati planet itu dari jarak 34.500 kilometer. Di dalam pesawat terdapat peralatan yang peka gelombang mikro serta sinar inframerah, dan data yang dikumpulkan ketika pesawat mendekati Venus dikirimkan dengan radio ke bumi, yang jauhnya 60 juta kilometer.

0 komentar:

Posting Komentar