Sunrays

Blogger Template by ThemeLib.com

Powered By Blogger

MUSIM SEMI YANG TERBALIK

Published by ABAD ANTARIKSA under on 21.34

Mars : Part - 3

Musim mengubah permukaan Mars. Para ahli astronomi berpikir bahwa barangkali perubahan ini sama dengan yang terjadi di bumi. Bila musim semi tiba di Belahan Bumi Utara, salju yang meliputi Amerika Utara dan Eropa serta Asia bagian utara menyusut berangsur-angsur dan surut ke arah kutub. Segera daratan berubah warnanya dari selatan ke utara ketika rerumputan tumbuh dan pepohonan peluruh bersemi. Di Mars perubahan agak serupa terjadi tetapi arahnya terbalik. Pada saat salah satu tudung kutubnya menyusut, suatu “gelombang penggelapan“ bergerak dari tepinya yang menyusut menuju khatulistiwa Mars dengan kecepatan sekitar 30 kilometer per hari. Gelombang ini lambat laun menyebabkan makin gelapnya daerah yang sudah gelap di lingkungan yang terang. Ada godaan untuk berkesimpulan bahwa air hasil penyusutan tudung tersebut telah merangsang vegetasi Mars untuk tumbuh dengan cepat pada musim semi. Pengamat yang penuh khayal hampir dapat mendengar kicau burung Mars pada saat itu.

Gagasan menarik tentang vegetasi yang tumbuh subur tadi mendapat banyak serangan. Air sangat langka di Mars. Memang tudung kutub itu, sekurang-kurangnya sebagian, mungkin terdiri dari sebuah bentuk air beku hasil endapan langsung dari uap air seperti jalad yang melekat di jendela pada musim dingin di bumi. Tetapi jalad di Mars tidak akan mencair seperti air cair, sebab tekanan atmosfer begitu rendah sehingga es akan langsung menjadi uap air tanpa mencair terlebih dahulu, tepat seperti “es kering“ yang secara langsung berubah menjadi karbon dioksida di bumi. Pertumbuhan vegetasi Mars pada musim semi, kalau memang terjadi, harus mengandalkan uap air yang datangnya musiman, bukannya air seperti hujan atau limpahan.

Atmosfer Mars memiliki lain-lain ciri yang tidak sesuai bagi bentuk kehidupan yang kita kenal. Telah lama diketahui bahwa atmosfer disana sangat tipis, tetapi ketiga pesawat Mariner membuktikan bahwa atmosfer Mars lebih tipis daripada yang diduga semula. Ketika pesawat tadi mulai masuk daerah di balik Mars, sinyal-sinyal radionya yang dipancarkan ke bumi sebentar melewati atmosfer Mars yang makin jauh makin mampat. Pengukuran terhadap gelombang radio yang makin melemah itu memungkinkan para ilmuwan menentukan tekanan atmofer di permukaan. Ternyata tekanannya kurang dari satu persen tekanan di bumi dan tampaknya atmosfer Mars terdiri dari karbon dioksida dan sedikit uap air yang menurut keyakian para ilmuwan berubah-ubah konsentrasinya dari tempat ke tempat, tetapi tidak pernah sebanyak yang terdapat di gurun bumi yang paling kering pun. Tidak ada oksigen atau ozon yang terdeteksi dalam atmosfer Mars. Maka cahaya ultraviolet matahari yang mematikan kuman dan benih – yang ada di bumi diserap oleh oksigen dan ozon – mungkin mencapai permukaan Mars dengan kekuatan hampir penuh.

Walaupun atmosfer Mars dapat mendukung awan, yang beberapa bagian berupa hablur es dan lainnya berupa debu kekuning-kuningan, atmosfer tersebut tidak cukup mengandung gas penjebak panas untuk menahan banyak panas matahari. Atmosfer Mars tidak merupakan “rumah kaca” yang seefektif atmosfer bumi. Di samping permukaan yang kering, keadaan ini menyebabkan panas matahari yang hanya sedikit itu lepas dengan mudah setelah mencapai Mars. Suhu pada berbagai daerah dapat diukur secara terpisah dengan sinar inframerah dan tidak ada tempat yang iklimnya baik menurut ukuran manusia. Di dekat khatulistiwa suhu permukaan tengah hari dapat naik hingga 20OC atau hampir 30OC, tetapi pada malam hari dapat turun hingga -85OC. Pada musim dingin kutub dapat lebih dingin lagi. Menurut astronomi radio sekitar 30 sentimeter di bawah permukaan suhu rata-rata hampir selalu tetap -60OC. Fakta bahwa panas permukaan hanya dapat masuk beberapa sentimeter ini menunjukkan bahwa mungkin Mars mempunyai lapisan debu penyekat yang agak mirip debu bulan.

0 komentar:

Posting Komentar